Pernahkah kamu mendengar tentang skema Ponzi sebelumnya? Skema Ponzi adalah salah satu modus penipuan keuangan yang sudah ada sejak lama dan masih sering menjerat banyak orang hingga saat ini.
BUTUH DANA DARURAT SEKARANG JUGA?
CTBC KTA BANTU KAMU!
Apakah kamu merasa tertekan dengan biaya mendesak seperti tagihan menumpuk atau kebutuhan tak terduga? CTBC KTA hadir sebagai SOLUSI CEPAT dengan proses approval hanya 60 DETIK dan bunga rendah mulai 0,99% untuk mengatasi masalahmu DENGAN TENANG.
Pada dasarnya, skema ini menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat dengan sistem yang tampak menggiurkan. Namun, di balik janji manisnya, ada jebakan yang bisa membuat banyak orang kehilangan uang mereka.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap apa itu skema Ponzi, bagaimana cara kerjanya, tanda-tanda yang perlu diwaspadai, serta cara melindungi diri agar tidak menjadi korban. Simak artikel ini untuk mempelajari lebih lanjut.
Key Takeaways:
- Mengutip dari Kementerian Keuangan Indonesia, skema Ponzi adalah model investasi ilegal yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat dengan risiko minimal.
- Ciri utama dari skema Ponzi adalah ketergantungannya pada perekrutan investor baru.
- Meskipun awalnya terlihat menguntungkan, kedua skema ini pasti akan gagal begitu jumlah peserta baru tidak mencukupi, menyebabkan kerugian besar bagi mayoritas investornya.
Table of Contents
Pengertian Skema Ponzi
Mengutip dari Kementerian Keuangan Indonesia, skema Ponzi adalah model investasi ilegal yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat dengan risiko minimal. Namun, keuntungan yang diberikan kepada investor lama sebenarnya bukan berasal dari aktivitas bisnis yang menghasilkan profit nyata, melainkan dari dana yang disetor oleh investor baru.
Dengan kata lain, uang yang masuk dari anggota baru digunakan untuk membayar keuntungan investor sebelumnya. Skema ini terus berjalan selama masih ada orang yang tertarik untuk berinvestasi. Namun, ketika jumlah investor baru berkurang dan aliran dana melambat, sistem ini akan runtuh karena tidak ada lagi dana segar untuk membayar investor lama (Kementerian Keuangan, 2021).
Ciri utama dari skema Ponzi adalah ketergantungannya pada perekrutan investor baru. Pemilik skema ini sering kali memberikan janji keuntungan yang tidak realistis dan menciptakan ilusi kredibilitas dengan berbagai cara, seperti menyewa kantor mewah, menawarkan produk investasi fiktif, dan menunjukkan testimoni dari investor yang telah menerima keuntungan. Strategi ini digunakan untuk meyakinkan calon investor agar bersedia menyetorkan dana mereka. Namun, karena tidak ada aktivitas bisnis yang benar-benar menghasilkan keuntungan, sistem ini tidak bisa bertahan lama.
Melansir dari James Chen, seorang penasihat investasi dan ahli pasar global dengan pengalaman di pasar keuangan, skema Ponzi sering disamakan dengan skema piramida karena keduanya mengandalkan uang dari peserta baru untuk membayar peserta lama. Perbedaannya, skema piramida umumnya meminta peserta untuk merekrut anggota baru secara langsung, sedangkan dalam skema Ponzi, investor hanya diminta untuk menyetor dana dengan janji pengembalian yang tinggi. Meskipun awalnya terlihat menguntungkan, kedua skema ini pasti akan gagal begitu jumlah peserta baru tidak mencukupi, menyebabkan kerugian besar bagi mayoritas investornya (James Chen, 2025).
Indikasi Skema Ponzi
Berikut adalah beberapa indikasi dari skema Ponzi yang penting untuk kamu ketahui.
1. Janji Keuntungan Tinggi dengan Risiko Minimal
Salah satu tanda utama dari skema Ponzi adalah janji keuntungan besar dengan risiko yang sangat rendah. Dalam dunia investasi yang sebenarnya, semakin tinggi potensi keuntungan, semakin besar pula risikonya. Jika ada penawaran yang terdengar terlalu menggiurkan tanpa risiko yang jelas, besar kemungkinan itu adalah penipuan.
Baca Juga: Tergiur Keuntungan Besar? Hati-Hati, Bisa Jadi Penipuan Investasi!
2. Keuntungan yang Terlalu Konsisten
Investasi yang sah biasanya mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi pasar. Jika suatu skema selalu menjanjikan keuntungan stabil, bahkan ketika pasar sedang tidak menentu, ini bisa menjadi indikasi kuat adanya manipulasi, yang sering terjadi dalam skema Ponzi.
3. Investasi Tidak Terdaftar di Lembaga Pengawas
Sebelum menanamkan dana, pastikan perusahaan investasi tersebut terdaftar di lembaga pengawas resmi, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia atau Securities and Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat. Jika perusahaan tidak terdaftar, maka transparansi dan legalitasnya patut dipertanyakan.
4. Penjual Tidak Memiliki Lisensi Resmi
Skema Ponzi sering kali dijalankan oleh individu atau perusahaan yang tidak memiliki izin resmi untuk menawarkan produk investasi. Hukum di banyak negara mengharuskan pelaku di bidang ini memiliki lisensi dari regulator keuangan. Jika seseorang menawarkan investasi tanpa izin yang jelas, kamu patut berhati-hati.
5. Strategi Investasi yang Dirahasiakan atau Terlalu Rumit
Jika seseorang menawarkan investasi dengan strategi yang sulit dipahami atau tidak bisa dijelaskan secara transparan, ini adalah tanda bahaya. Investasi yang sah selalu memiliki mekanisme yang jelas mengenai bagaimana dana dikelola dan dari mana keuntungan diperoleh.
6. Tidak Ada Dokumen Resmi untuk Investasi
Dalam skema Ponzi, korban sering kali tidak mendapatkan dokumen resmi terkait investasi mereka. Jika perusahaan menghindari memberikan informasi tertulis atau tidak menyediakan bukti transaksi yang sah, ini bisa menjadi indikasi penipuan.
7. Kesulitan dalam Menarik Dana
Tanda bahaya lainnya adalah sulitnya mencairkan dana yang sudah diinvestasikan. Perusahaan yang terus-menerus menunda pencairan dengan berbagai alasan atau memberikan syarat tambahan yang tidak masuk akal mungkin sedang menjalankan skema Ponzi.
Sejarah Singkat Skema Ponzi
Mengutip dari Corporate Finance Institute, sebuah lembaga pelatihan oline yang menyediakan sertifikasi serta berbagai informasi terkait keuangan, investasi, akuntansi, dan analisis keuangan, skema Ponzi berasal dari Charles Ponzi, seorang penipu yang pada tahun 1919 menjanjikan keuntungan besar melalui perdagangan kupon balasan internasional. Ia mengklaim bisa mendapatkan profit dari selisih harga prangko di berbagai negara, tetapi kenyataannya ia hanya menggunakan uang dari investor baru untuk membayar investor lama tanpa ada bisnis nyata.
Awalnya, skema ini tampak sukses dan berhasil menarik semakin banyak investor. Namun, sistem ini akhirnya runtuh ketika tidak ada cukup investor baru untuk menutupi pembayaran. Pada tahun 1920, perusahaannya diselidiki, dan Ponzi ditangkap setelah menyebabkan kerugian sekitar 20 juta dolar AS. Hingga kini, skema Ponzi terus muncul dalam berbagai bentuk, menjanjikan keuntungan besar tetapi pasti akan berujung pada kerugian (CFI Team, n.d.).
Tips Terhindar Dari Penipuan Investasi
Setelah mengetahui apa itu skema ponzi dan indikasinya, kamu tentu mengetahui betapa pentingnya menghindarinya. Berikut ini beberapa tips khusus untuk kamu agar terhindar dari berbagai penipuan investasi, mengutip dari Sahabat Pegadaian, program komunitas atau kemitraan dari PT Pegadaian (Sahabat Pegadaian, 2025):
1. Pastikan Legalitas dan Izin dari OJK
Sebelum berinvestasi, periksa apakah perusahaan atau platform investasi yang kamu pilih telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Legalitas ini penting untuk memastikan investasi yang kamu lakukan berada di bawah regulasi yang jelas dan aman. Kamu bisa mengecek izin perusahaan melalui situs resmi OJK atau layanan pengaduan mereka.
2. Lakukan Riset Mendalam tentang Perusahaan atau Individu yang Menawarkan Investasi
Jangan mudah percaya dengan janji keuntungan besar dalam waktu singkat. Lakukan riset terhadap perusahaan atau individu yang menawarkan investasi. Cek rekam jejak, testimoni pengguna, serta ulasan dari sumber terpercaya. Semakin transparan informasi yang diberikan, semakin kecil kemungkinan investasi tersebut merupakan penipuan.
3. Pahami Mekanisme Keuntungan yang Ditawarkan
Pastikan kamu memahami bagaimana cara investasi tersebut menghasilkan keuntungan. Jika skema keuntungan lebih banyak bergantung pada perekrutan anggota baru dibandingkan dengan hasil investasi nyata, maka ada indikasi bahwa itu adalah skema Ponzi. Hindari investasi yang tidak memiliki transparansi dalam cara kerja dan sumber keuntungannya.
4. Waspada terhadap Iming-Iming Keuntungan Tidak Wajar
Investasi yang sehat memiliki potensi keuntungan yang wajar dan realistis. Jika sebuah investasi menjanjikan profit sangat tinggi dalam waktu singkat tanpa risiko yang jelas, maka patut dicurigai. Prinsip dasar investasi adalah semakin tinggi keuntungan, semakin tinggi pula risikonya.
5. Pertimbangkan Dampak Ekonomi terhadap Investasi
Sebelum memilih instrumen investasi, pertimbangkan apakah aset tersebut akan terdampak signifikan saat terjadi krisis ekonomi. Salah satu pilihan yang lebih stabil adalah emas, karena dikenal tahan terhadap inflasi dan cenderung lebih aman dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu.
6. Jangan Terburu-Buru dan Konsultasikan dengan Ahli
Keputusan investasi sebaiknya tidak diambil secara impulsif. Luangkan waktu untuk mempelajari instrumen investasi yang dipilih, serta berkonsultasi dengan ahli keuangan jika perlu. Dengan sikap yang kritis dan penuh kehati-hatian, kamu bisa menghindari jebakan investasi bodong dan meraih keuntungan yang berkelanjutan.
Akhir Kata
Itu dia pengertian hingga berbagai tips untuk terhindar dari skema Ponzi. Meskipun sering kali terlihat menggiurkan, pada akhirnya skema Ponzi hanya akan merugikan banyak orang. Oleh karena itu, pastikan kamu memahami dengan baik cara berinvestasi dengan aman dan memilih plaftorm investasi yang terpercaya.
DuitBox adalah platform tepat bagi para pemula yang ingin berinvestasi dengan aman dan mudah. Selain diawasi oleh OJK, DuitBox juga menawarkan banyak produk investasi, seperti reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, dan saham.
Siap untuk mulai berinvestasi di DuitBox? Kunjungi link ini untuk mengetahui lebih lanjut.
Baca Artikel Lainnya: Ulasan Mendalam Mengenai Investasi High Risk High Return